
Selama ini banyak sekali tuduhan yang mengatakan bahwa Jendral H.M Soeharto terlibat atau otak dari peristiwa G 30 S PKI. Sebelum meneliti siapa itu Soeharto, seharusnya kita bisa melihat fakta siapa saja Jendral yang menjadi korban PKI. Faktanya penculikan para Jendral oleh PKI yaitu mereka yang satu gerbong dengan Nasution dan Yani. Rombongan inilah yang sering berhadapan dengan PKI, yaitu saat adanya pertemuan satu meja di kabinet maupun pada pertemuan atau rapat kenegaraan lainnya.
Bisa dibayangkan betapa benci dan dendamnya PKI kepada para Jendral ini, bersama Nasution dan Yani mereka sering bersitegang dan menentang apa-apa yang di usulkan oleh PKI.
Sementara itu PKI bersikap sangat ramah dan terlihat akrab bersama Bung Karno dalam Nasakon, yang mempunyai pengikut hingga 10 juta massa dan puluhan Underbow binaan. Termasuk juga ada CGMI, SOBSI, PR, BTI, Fadjar Harapan, Pemuda Sosialis Indonesia, Lekra, hingga Gerwani. Namun saat itu ABRI tidak gentar menghadapi manuver-manuver PKI. Mereka dengan tegas selalu melawan usulan-usulan PKI yang dinilai membahayakan Pancasila.
Pada saat itu negara mempunyai lebih dari 10 Menteri yang mendukung PKI, yang memang pada waktu itu PKI hanya tinggal berhadapan dengan ABRI saja untuk memuluskan rencananya menguasai Pemerintahan Negara ini bila Bung Karno wafat. Namun berulang kali usaha mereka patah saat berhadapan dengan orang yang mereka sebut dalam fitnahan Dewan Jendral.
Dewan Jendral merupakan sebutan untuk sebuah khayalan PKI, dengan maksud agar dipropaganda-kan sebagai grup Jendral penentang Bung Karno. Sebenarnya memang tidak ada istilah Dewan Jendral dalam negara Indonesia saat itu.
Dewan Jendral sengaja dihembuskan PKI dan difitnah bahwa mereka adalah PKI, tetapi faktanya mereka adalah Jendral yang menentang PKI. Mereka Jendral yang sangat Pancasilais, mencintai bangsa serta patuh pada pemerintah yang sah. Tuduhan tersebutlah yang nantinya akan dijadikan alasan PKI untuk menyudutkan bahkan membunuh para Jendral yakni Nasution dan Yani serta para rekannya.
Soeharto yang berada diluar gerbong memang tidak dianggap anggota Dewan Jendral oleh PKI. Soeharto saat itu memang berpangkat Mayjen, namun bertugas menjadi Panglima Kostrad. Beliau berada ditengah pasukan dan bukan berada didalam pemerintahan, yang otomatis PKI tidak memandang beliau sebagai sosok militer yang berbahaya.
Contoh nyata sepak terjang para Jendral yang membuat PKI naik pitam adalah ketika para Jendral melawan atau membendung agitasi PKI maka ABRI membentuk Partai Politik bernama Golongan Karya. Yang pada saat itu PKI menggunakan Bung Karno berhasil memfitnah Masyumi dan Murba sehingga kedua partai yang menjadi saingan PKI tersebut bubar.
Terbentuknya Golkar membuat PKI kesal, sebab sangatlah sulit untuk dihancurkan karena pendirinya merupakan para Jendral aktif.
Selanjutnya ketika kampanye Dwikora yang mengeluarkan resolusi perang Ganyang Malaysia, yang menjadi momen bagi PKI membentuk sukwan sukwani alias sukarelawan perang, dengan harapan kelak bisa mereka manfaatkan seperti Tentara Rakyat Komunis di China saat melakukan revolusi.
Namun lagi-lagi kekuatan dan kecerdasan intelejen MT. Haryono, Suprapto, S. Parman, dan Panjaitan membuat ABRI tidak terlalu mendukung perang itu.
Pertentangan terhadap PKI bersambung, Nasution dan Yani serta rekan-rekan kembali kompak dan keras menolak usulan angkatan kelima Buruh Tani. Ini adalah sebuah usulan gila dari PKI karena meminta Bung Karno agar buruh tani dipersenjatai oleh Negara. Petinggi ABRI tentu saja menolak, karena mencium adanya gerakan persiapan pemberontakan dibalik usulan ini jika sampai Negara menyetujuinya.
ABRI juga melihat gelagat PKI untuk membentuk pasukan bersenjata ilegal untuk memperkuat posisi mereka, gerakan ini pun segera tercium dan ABRI menolak dengan keras. Meski usulan tersebut dibuat dengan alasan untuk perang menghadapi Malaysia.
Belum lagi saat Brigjen Panjaitan menyita 50 ribu pucuk senjata mencurigakan selundupan dari RRC di Tanjung Priuk, senjata itu merupakan pesanan PKI dan betapa hancurnya Aidit, Syam, Nyoto, Sakirman, Nyono, Sudisman dan Latif. Hingga saking bencinya Sakirman dia memasukkan nama adiknya S. Parman agar turut dihabisi juga, karena S. Parman adalah asisten Jendral Ahmad Yani.
Dan pada puncaknya kekesalan PKI yang sudah sangat dekat dengan Bung Karno merasa kaget dan sakit hati, karena Bung Karno menyatakan penggantian dirinya kelak adalah Yani. Aidit dan Syam pun panik luar biasa, apalagi tim dokter RRC mengatakan bahwa umur Bung Karno tidaklah lama lagi. Aidit memang berkehendak menjadi Presiden, namun Bung Karno malah lebih memilih Yani sebagai penggantinya.
Artinya jika Yani menjadi Presiden maka kecil harapan PKI untuk menguasai atau berkiprah dinegara ini. sangat susah mereka meloloskan niat untuk mengubah Pancasila dan menjadikan Ideologi Komunis di Indonesia.
PKI bergerak gegabah dengan menganggap bahwa jika barisan Nasution dan Yani mereka hancurkan, lantas semua pasukan ABRI bisa mereka kuasai. Karena gerakan mereka tidak diridhoi Alaah SWT, maka rencana mereka gagal total. Rakyat pun tidak mendukung gerakan kudeta tersebut.
Ketika Pasukan gabungan dikerahkan Soeharto merangsek masuk kewilayah Lubang Buaya para dedengkot PKI panik. “kita sudah kalah” ujar Brigjen Suparjo pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965. “Jawa tengah akan berbicara teman-teman” balas Sjam Komaruzaman. Sedangkan Letkol Untung sepanjang hari hanya diam termenung dan sorenya kabur ke Tegal.
Dan jika memang Soeharto tidak dibunuh karena terlibat PKI, maka tidak masuk akal kenapa sepanjang perjalanan PKI sejak 1948 hingga 1965 tidak ada satupun photo atau dokumen tentang kebersamaan petinggi-petinggi PKI bersama Soeharto.
Hanya fakta yang dapat membuktikan tentang fitnahan bahwa Soeharto terlibat dengan PKI. Dan tidak ada fakta yang menunjukkan keterlibatan Soeharto meski hanya selembar photo atau secarik dokumen.
Itulah sebagian kisah tentang fakta bahwa tidak ada bukti apapun yang menjurus kepada terlibatnya Jendral H.M Soeharto dengan gerakan terlarang G 30 S PKI.
Banyak Keuntungan! Ikuti Tryout CPNS Gratis Lengkap di Tryout.id dan Rasakan Manfaatnya
30 Apr 2025 | 148
Bagi banyak orang, mendaftar untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) adalah impian yang ingin dicapai. Namun, persaingan yang ketat membuat penting untuk mempersiapkan diri dengan baik. ...
Dari Konten ke Penghasilan: Cara Monetisasi Sosial Media
19 Maret 2025 | 141
Di era digital saat ini, keberadaan sosial media tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi. Banyak individu dan bisnis memanfaatkan platform-platform ini untuk ...
Persiapan Optimal Menghadapi Tryout Online SMA Geografi
22 Jun 2025 | 105
Menghadapi ujian nasional dan ujian akhir sekolah tentunya menjadi momen yang tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu langkah penting yang ...
9 Jun 2025 | 324
Dalam skala politik di Provinsi Lampung, nama Gubernur Rahmat Mirzani Djausal terus mencuat dengan berbagai inovasi dan kebijakan yang dihadirkannya. Profil Gubernur Rahmat Mirzani Djausal ...
Mengapa Ravindra Airlangga Layak Wakili Jabar V? Ini Perjalanan dan Komitmennya
13 Jun 2025 | 80
Profil Ravindra Airlangga (Golkar) Daerah Pemilihan Jawa Barat V menjadi topik yang menarik perhatian banyak masyarakat di wilayah ini. Sebagai salah satu calon yang diusung oleh Partai ...
Mengukur Keberhasilan Promosi Website Paket Umroh Melalui Berita Positif dari Blogger
2 Maret 2025 | 148
Dalam dunia digital saat ini, promosi website menjadi sangat krusial, terutama bagi perusahaan tour travel umroh dan haji. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan promosi website paket ...